Yanto Saga (Mantan Petinju Profesional) : Dari Ring Tinju Ke Kuli Tinta




Penggemar olah raga adu jotos di tanah air pasti mengenal nama yang satu ini. Yanto Saga (39) adalah salah seorang mantan petinju nasional di Indonesia yang kerap muncul disiarkan secara live di Gelar Tinju Profesional (Indosiar) dan Ring Tinju (RCTI) beberapa tahun lalu. Laki-laki kelahiran Flores, Nusa Tenggara Timur 39 tahun silam ini seakan lenyap di telan bumi. Seiring dengan sudah tidak ditayangkannya lagi gelaran-gelaran tinju profesional yang disiarkan tv swasta. Alasan klasik yang melatar belakanginya ditengarai kurangnya perhatian dari pemerintah terhadap atlet tinju, berimbas dengan meredupnya prestasi petinju seperti Yanto Saga ini.

“Padahal Indonesia memiliki bibit-bibit petinju yang mumpuni dan sering mengharumkan nama bangsa. Hal itu tentunya melalui proses dan seleksi yang baik sehingga akan mendapatkan petarung yang baik,” ujar Yanto.
            Tinju sendiri merupakan salah satu cabang olah raga yang paling digemari di dunia, termasuk di Indonesia. Negeri ini bahkan pernah memiliki petinju-petinju profesional handal yang mengharumkan nama bangsa ini di kancah tinju dunia  macam Ellyas Pical, Nico Thomas, Adrian Kaspari, M Rachman, hingga Chris John.

            Meredupnya pertunjukan tinju di nusantara disinyalir kurang adanya kepeduliaan dari pemerintah, sehingga tinju sekarang ini kurang greget. Bahkan, sekarang tidak ada satu pun stasiun televisi yang rutin menanyangkan pertandingan-pertandingan tinju profesional yang sejatinya menjadi tontonan favorit masyarakat kita.

            “Dulu ada Gelar Tinju Profesional di Indosiar dan RCTI, juga TVRI sempat menyiarkan pertandingan tinju secara langsung. Tetapi kini sudah tidak ada lagi stasiun tv yang menyiarkannya,” jelas pria yang biasa dipanggil John.

            Yanto Saga yang mengawali karir adu jotosnya sejak tahun 1989 ini mengaku pernah dibayar Rp 12.000 di setiap pertandingan yang diikutinya saat masih di tinju amatir. Setelah masuk tinju profesional ia dibayar mulai Rp 400 ribu sampai Rp 1,2 juta. Dan Rp 1,5 juta didapat saat mengikuti pertandingan selama 12 ronde. “Managemen dan promotor tinju profesional saya nilai sudah rusak sekarang ini,” katanya.

            Ada sekelumit kisah yang diperoleh lelaki yang telah dikaruniai dua orang anak ini saat masih aktif bertinju. Baginya, bertinju dan menyelesaikan pertandingan merupakan skala prioritas. 

            “Ketika saya mengikuti pertandingan yang disiarkan Indosiar dan menginap di Hotel Siantar Jakarta, wanita pemilik hotel tersebut merasa prihatin dengan keadaan saya dan petinju lainnya. Ibu itu menyuruh saya berdoa agar pertandingan yang saya lakoni berjalan lancar tanpa kendala apapun,” imbuh Yanto Saga.

            Pengalaman lainnya yang masih melekat adalah saat Yanto memukul Knock Out (KO) Kamal, salah seorang petinju tangguh asal Sasana Pirih, Surabaya. Hook dan upper cut Yanto Saga merobohkan pertahanan Kamal di ronde ke 2.

            Seperti diketahui, Sasana Pirih Surabaya merupakan salah satu tempat di Jawa Timur yang menelorkan petinju-petinju hebat di Indonesia seperti Andrian Kaspari, Soleh Sundava, Dicky Fransiskus dan nama-nama lain yang mumpuni. Sasana lainnya di Jatim yang juga melahirkan petinju tangguh, yakni Sasana Akas Probolinggo. Dari Akas ada nama M Rahman dan Anis Roga.

            Yanto Saga sendiri seangkatan dengan Angki Angkota, Andrian Kaspari, Kit Hamsan, Pino Bahari, dan petinju-petinju yang di awal tahun 2000-an sering bertanding dan disiarkan secara live di stasiun televisi. Ironisnya, kini nama-nama mereka tak terdengar lagi, tak terkecuali Jhon Yanto yang usai menggantungkan sarung tinjunya justru harus berjibaku dalam mencari lapangan pekerjaan.

            Potret buram mantan petinju di tanah air tidak hanya dialami Yanto Saga yang kini beralih profesi menjadi kuli tinta alias wartawan di Wonosobo, Jateng. Tercatat, ada mantan petinju asal Purworejo yang juga merasa prihatin dengan kondisi olah raga adu jotos tersebut. Kit Hamsan bahkan sekarang menjabat sebagai Kades di Desa Ketangi, Kecamatan Purwodadi, Kabupaten Purworejo.

            Kit dan Yanto berharap kepada pemerintah, terutama Kemenpora, KONI Provinsi Jateng dan Pemda untuk lebih peduli dengan tinju. Karena bagaimanapun juga tinju di negeri ini pernah disegani oleh negara-negara lainnya. “Kita sangat berharap olah raga tinju di tanah air bangkit kembali mengulang kejayaan seperti beberapa tahun yang lalu,” pungkas Yanto Jhon Saga. (TRS)
 

1 Response to "Yanto Saga (Mantan Petinju Profesional) : Dari Ring Tinju Ke Kuli Tinta"